Dopamin Detox : Breaking the Habit of Dopamin Toxivity
Penulis : Glory Sepsi Sinaga, S.Psi
Hai hai Soulmate LYS ! siapa diantara soulmate LYS yang biasanya scroll reel social media, nonton video youtube, main instagram, sampai berjam-jam atau main game sampai lupa waktu? Saat sedang jenuh dengan rutinitas pasti kita akan kembali lagi dengan membuka sosial media dan langsung merasa refresh. Namun, ketika membaca buku, belajar, bekerja, baru lima sampai sepuluh menit rasanya mengantuk dan bosan 😴.
Sering Go-food makanan siap saji dan jarang olahraga atau lebih suka minum minuman kekinian yang kadar gulanya tidak baik bagi tubuh? Semakin majunya teknologi semuanya menjadi serba instan, begitu pula dengan kebahagiaan.
Ketika melakukan semua aktivitas diatas, secara otomatis langsung merasakan kebahagiaan dan stress berkurang. Kita sering menganggap aktivitas diatas adalah aktivitas yang menyenangkan. Namun, aktivitas tersebut bisa menjadi kebiasaan buruk lho. Karena sering menganggu pekerjaan utama dan menyebabkan kecanduan. Kebiasaan impulsif seperti itu jika dibiarkan akan berefek jangka panjang yang tidak sehat. Karena perilaku impulsif bisa menyebabkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan psikologis.
Atau pernahkah ketika merasa stress dan sedih, soulmate LYS memilih makan enak, nonton film, main game, namun tidak lagi merasakan kesenangan? seakan-akan tubuh ini butuh sesuatu yang lebih menyenangkan? merasa kehilangan esensi kesenangan dan kebahagiaan yang sesungguhnya? Karena kebahagiaan sering didapatkan dengan cara yang mudah dalam waktu yang singkat. Hal ini akibat selalu membanjiri otak dengan dopamin. Pola ini juga membuat kesehatan psikologis bertambah buruk
Jika soulmate LYS saat ini merasa terjebak dalam situasi yang dijelaskan diatas, soulmate LYS butuh Dopamin Detox.
Sebelumnya apa sih Dopamin itu? Dopamin adalah hormon di dalam otak yang dapat meningkat secara alami saat seseorang dalam perasaan senang. Dopamin disebut sebagai happy hormone (hormon yang memunculkan rasa bahagia). Jika seseorang melakukan kegiatan yang menyenangkan, senyawa dopamine bisa meningkat. Dopamin atau hormon kebahagiaan ini jika dilepaskan dalam jumlah besar (dopamine toxivity), akan menyebabkan ketergantungan dan kecanduan (addiction).
Berikut ini adalah ciri – ciri orang yang mengalami dopamine toxivity:
- Sering Insomnia
- Mudah gelisah dan rentan stress
- Mengalami perasaan terlalu bersemangat dan susah dikontrol
- Pikiran dan perhatian mudah teralihkan
- Kesulitan untuk fokus, otak tidak bisa lagi menghasilkan hal-hal yang kreatif.
- Emosi tidak terkendali
- Sering malas bekerja dan menunda-nunda pekerjaan (hanya ingin surfing social media, main game, nonton film berjam-jam)
Jika ciri-ciri diatas sudah soulmate LYS rasakan, segera lakukan Dopamine Detox. Dopamine Detox adalah suatu cara mereset sistem otak, agar otak tidak bergantung dengan rangsangan tertentu. Tentang bagaimana kita menghindari terlebih dahulu dorongan-dorongan yang sekiranya membuat kita candu dan terlena. Dengan mengubah kebiasaan yang tidak produktif, menjadi lebih produktif. Manfaatnya antara lain punya banyak waktu untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat, lebih mampu memperhatikan kesehatan mental dan meningkatkan fokus sehingga produktif dalam pekerjaan utama.
Dopamin Detox atau detoksifikasi dopamine adalah salah satu bentuk Cognitive Behaviour Therapy yang dicetuskan oleh Dr. Cameron Sepah, seorang psikiater California untuk membantu orang mengelola perilaku adiktif
Soulmate LYS juga bisa melakukan dopamine detox sendiri lhoo!
- Pertama, temukan komunitas yang bermanfaat, yang mampu membantu kalian lebih aware tentang kesehatan mental kalian. Sehingga kalian lebih sering bersosialisasi dengan orang lain, sharing, wawasan juga bertambah.
- Kedua, kegiatan dunia maya digantikan dengan kegiatan-kegiatan fisik di dunia nyata. Misalnya berjalan kaki, jogging, memasak, berkebun, menyulam, menekuni fotografi, membaca buku, menata kembali rumah, kamar atau kegiatan kreatif lainnya.
- Ketiga, membuat batasan dalam menggunakan social media. Menekankan pada diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan sesungguhnya sebelum larut main game, atau surfing social media. Membuat batasan waktu, misalnya stop bermain handphone 2 jam sebelum tidur dan memilih membaca buku atau kitab suci sesuai kepercayaan masing-masing
- Keempat, Mengoptimalkan mindfulness selama menerapkan dopamine detox supaya jangan cepat relaps.
- Kelima, bisa ambil jeda, tidak melakukan aktifitas apapun. Misalnya, ketika weekend atau ada waktu luang, benar benar hanya duduk di taman, menikmati udara yang sejuk tanpa aktivitas apapun.
- Keenam, mengubah kebiasaan pola makan dan minuman siap saji dengan lebih banyak makan sayur dan buah.
- Ketujuh, jika soulmate LYS merasa kebiasaan impulsif ini semakin parah, kesulitan dan tidak mampu melakukan dopamine detox secara individu, segera minta bantuan professional, konsultasi ke psikolog atau psikiater.
Referensi :
PsychCentral. (2023, January , 27). What is Dopamine Fasting? Retrieved from PsychCentral: https://psychcentral.com/blog/dopamine-fasting-probably-doesnt-work-try-this-instead#recap
SUKMA, H. A. (2023). Mengendalikan Dopamin Detox. Literaksi : Jurnal Manajemen Pendidikan, 1, 261-265.
Vaillancourt, D. E., Schonfeld, D., Kwak, Y., I, N., MD, B., & Seidler, R. (2014). Dopamine overdose hypothesis: Evidence and clinical implications. NIH Public Access, 1-17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar